Beranda Feature Heppy, dari Adopsi hingga Sup Ceker Ayam untuk Anjing Kecil

Heppy, dari Adopsi hingga Sup Ceker Ayam untuk Anjing Kecil

BERBAGI

Rahmat Taufik | DETaK

Kasih Heppy untuk anjing peliharaannya begitu besar. Dari mengadopsinya di tempat pembuangan sampah, hingga memasakkannya sup ceker ayam.

SEEKOR anjing kecil tertindih layu di antara tumpukan sampah di belakang Fakultas Pertanian Unsyiah. Dari bentuk tubuhnya, umurnya masih tampak muda betul. Mungkin tak lebih dari dua minggu sejak kelahirannya.

Iklan Souvenir DETaK

Di tumpukan sampah itu, anjing kecil itu tampak tak berdaya. Badannya terkulai lemas di antara sampah yang berserak. Tubuhnya kurus. Bulu-bulunya lusuh. Tak terurus.

Desmori Heppy, 24 tahun, ingat betul apa yang dilihatnya itu. Pada suatu hari yang cerah di pertengahan tahun 2012, ia dan beberapa kawannya sedang berjalan di seputaran kampus Unsyiah. Maka tepat saat melewati tempat pembuangan sampah di belakang Fakultas Pertanian, Heppy melihat anak anjing malang itu sedang mengais sisa hidup di antara sampah yang menggunung.

“Kondisinya sangat menyedihkan,” kenang Heppy, saat dijumpai Sabtu, 22 Desember 2012 lalu.

Nalurinya bergidik. Sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, ia tak tega melihat anjing kecil malang itu. “Apalagi kakinya juga pincang sebelah,” kisah Heppy.

Sebagai calon dokter hewan, Heppy mengerti betul arti animal welfare, yakni hak-hak binatang yang tak boleh dilanggar oleh manusia sekalipun.  Ia adalah aturan sejenis Hak Azasi Manusia (HAM) bagi dunia hewan.

Karena keprihatinan itu, anjing kecil itu kemudian diambil Heppy, diapdopsi. Ia membawanya pulang serta merawatnya.

Maka jadilah sejak itu Heppy punya kesibukan baru, mengurusi anjing adopsinya itu: memberinya makan,  menjaga kesehatannya, memperhatikan gizi dan nutrisinya, memandikannya, membersihkan bulu-bulunya dari kutu, melakukan grooming (mendandaninya),  membelikannya susu, hingga membuatkannya sup ceker ayam.

“Sebulan sampai 350 ribu rupiah,” kata Heppy menjawab besarnya biaya yang dikeluarkannya untuk mengurusi anjing itu. “Itu masih belum termasuk sampo, handuk, mapun perlengkapan-perlengkapan lainnya,” jelasnya. “Totalnya sampai sekitar 500 ribu,” sambungnya lagi.

Kakinya yang pincang sebelah dicoba-obati oleh Heppy. Hanya saja, karena memang sudah tak bisa disembuhkan lagi, terpaksa diamputasi. Proses amputasi dilakukan sendiri  oleh Heppy bersama kawan-kawanya yang juga merupakan calon dokter hewan.

“Saya memperlakukannya seperti memperlakukan diri sendiri,” kata Heppy.

Maka saat ini,empat bulan setelah dirawat Heppy, anjing itu telah menjadi anjing kecil yang lucu dan manis: berwarna hitam dengan garis-garis putih kecil di keempat kakinya, anjing itu sangat suka bermain dan meloncat ke sana-sini. Saat dipanggil sang empunya, anjing yang dinamai “Kecil Chika Manis” itu langsung menghampiri dan bermain di dekat Heppy.

***

Desmory Heppy merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan asal Padang, Sumatera Barat. Ia kini sedang mengambil Co-As di fakultas tersebut, setelah lulus menjadi sarjana di fakultas yang sama. “Agar bisa buka praktek dokter hewan,” terang wanita yang biasa dipanggil Heppy itu. Memang, untuk Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan, setelah menyelesaikan studi sarjana, mereka masih harus menyambung minimal satu tahun lagi untuk mengambil gelar profesi–seperti yang sedang diambil Heppy sekarang.

Sudah setahun terakhir Heppy berkutat dengan Co-As ini. Ia mengambil Stase (bagian, -red) Bedah, yakni salah satu stase untuk mahasiswa yang ingin mengambil Co-As di fakultas tersebut.

Dalam menyelesaikan stase bedah itu, ia dan sebelas mahasiswa lainnya yang mengambil stase yang sama mendapat tugas melakukan pembedahan terhadap anjing. “Tugasnya macam-macam. Ada yang bedah usus, lambung, testis. Kasusnya sendiri (apa yang harus dibedah) ditentukan oleh dosen pembimbing,” terangnya.

Karena itu, mereka semua diwajibkan memiliki dan memelihara anjing. Anjing-anjing itu ditempatkan di kandang khusus yang memang sudah disediakan kampus. Totalnya ada sebelas anjing, yang merupakan milik dari sebelas mahasiswa yang mengambil Co-As Stase Bedah itu. “Masing-masing mahasiswa punya satu,” ujar Heppy.

Kesebelas anjing itu ditempatkan di tiga kandang. Masing-masing kandang berisi antara tiga sampai empat ekor anjing. Yang dimaksud kandang itu adalah bangunan beton yang dipetak mirip kamar, dengan ukuran sekitar 3×2 meter. Kandang itu dibagi dua, bagian dalam yang tertutup, serta bagian luar yang dibiarkan terbuka. Di bagian dalam itu, diletakkan lagi kerangkeng-kerangkeng besi yang lebih kecil. Sedang bagian luarnya, ditutup dengan jaring kawat di bagian atasnya.

Perawatan kandang, mulai dari melakukan disinfeksi kandang, yakni pembersihan sanitasi kandang, hingga menjaga kelayakan agar nyaman ditempati anjing-anjing itu dilakukan setiap hari.

“Sebenarnya ada sepuluh kandang di Fakultas Kedokteran Hewan ini. Tapi karena mau dibuat Rumah Sakit Hewan, maka banyak yang dirubuhkan. Sekarang tinggal empat. Tiga kandang dipakai mahasiswa Co-As, serta satu lainnya dipakai oleh mahasiswa S-1 yang punya anjing,” terang Heppy.

***

Heppy kini tinggal di asrama Kompas, Darussalam. Sedangkan Kecil Cika Manis, anjing milik Heppy, disimpan di kandang kampus itu. Ia datang ke situ setiap hari untuk merawat dan memberinya makan.

Sebagai perempuan, tidak takutkah Heppy terhadap anjing? Mendapat pertanyaan itu, Heppy tersenyum. “Awalnya takut,” jawabnya. Apa lagi, lanjut Heppy, di keluarganya juga tak pernah ada yang memelihara anjing.

Tapi, setelah kuliah di Fakultas kedokteran Hewan, ketakutan Heppy berangsur hilang seiring  tugas yang mewajibkannya berinteraksi dengan banyak jenis hewan, termasuk anjing. “Sekarang malah berbanding 180 derajat. Dari takut sama anjing hingga suka,” jelasnya. “Sebagai doketr hewan, kita harus suka sama semua jenis hewan, termasuk anjing.”

Bahkan, menurut Heppy, anjing adalah hewan yang sangat penurut dan setia kawan, serta tak pernah meninggalkan tuannya. Pernah satu kali ia diikuti sampai asrama tempat tinggalnya oleh anjing yang diurusi di kampusnya. Sedemikian dekatnya ia dengan anjing-anjing itu.

“Kalau anjing saya, itu hewannya sangat pengertian. Dia suka main, tapi nggak pernah suka menjilat. Kalau saya sedang nggak mood atau lagi ada masalah, ia tak pernah mengganggu saya,” katanya lagi.

Lalu bagaimana dengan najis dari anjing-anjing itu, tak khawatirkah Heppy? Soal itu, Heppy punya jawaban tersendiri. “Memelihara anjing berarti harus bersih dan rajin. Setiap kali berinteraksi dengan anjing, saya selalu menyamak. Baju-baju juga dicuci disamak,” tuturnya.[]