Beranda Headline Mahasiswa Unsyiah Terapkan Gerakan Cross Crawl bagi Tuna Grahita  

Mahasiswa Unsyiah Terapkan Gerakan Cross Crawl bagi Tuna Grahita  

BERBAGI
Mahasiswa Unsyiah yang melakukan gerakan cross crawl di SMPLB-YPPC Labui . (01/08/2017). Dok. Pribadi

 

Siaran Pers|DETaK

Banda Aceh – Lima mahasiswa Universitas Syiah Kuala yang terhimpun dalam tim Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) berhasil menerapkan Gerakan Cross Crowl sebagai metode baru dalam meningkatkan sistem motorik bagi anak berkebutuhan khusus.

Iklan Souvenir DETaK

Gerakan Cross Crawl tersebut berhasil diterapkan di SMPLB-YPPC Labui oleh Maula Arifa, Nadia, Ditrya Aderisa Putri, Muhammad Mizlan Nuzuli, dan Mufti Akbar yang merupakan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Ketua tim, Maula Arifa menyebutkan bahwa Gerakan Cross Crawl merupakan gerakan silang yang bermanfaat untuk merangsang dan mengaktifkan kedua daerah belahan otak secara bersamaan bagi anak tuna grahita.

“Pelatihan Gerakan Cross Crowl ini dapat meningkatkan kemampuan mendengar, membaca, menulis, dan daya ingat pada anak tuna grahita” sebut Maula.

Tuna grahita sendiri merupakan keadaan dimana anak-anak mengalami retradasi mental sehingga mereka memiliki tingkat IQ di bawah normal. Hal ini menyebabkan menurunnya fungsi kecerdasan dan intelektual serta munculnya masalah-masalah lain pada masa perkembangan.

Lebih lanjut, Maula mengatakan bahwa untuk mendapatkan hasil maksimal dari program Gerakan Cross Crawl yang diperkenalkan oleh Paul E. Dennison, Ph. D perlu dilakukan beberapa kali dalam seminggu.

“Langkah ini dilakukan 3 hingga 4 kali pertemuan dalam seminggu sejak April hingga Juni,” jelas Maula.

Program yang merupakan hasil dari kolaborasi mahasiswa Prodi Penjaskesrek dengan Prodi Bimbingan Konseling FKIP Unsyiah ini telah mendapatkan perubahan nyata.

Maula menjelaskan bahwa setelah diterapkannya metode ini, beberapa siswa telah mengalami perubahan positif.

“Dari 19 siswa secara keseluruhan, sebanyak 8 orang siswa diantaranya telah mengalami perubahan positif. Saat ini mereka telah mampu memegang alat tulis dengan benar serta terjadi peningkatan cara menulis,” jelasnya.[]

Editor: Dhenok Megawulandari