Beranda Headline Balada Apoteker dan Dokter di Indonesia

Balada Apoteker dan Dokter di Indonesia

BERBAGI
Dok.Istimewa

Oleh: Nailul Humaira

Apoteker dan dokter diibaratkan seperti benang dan jarum yang bila salah satunya tidak ada, maka alat itu tidak dapat digunakan untuk menjahit, sehingga alat alat itu kehilangan fungsinya. Begitulah ibarat apoteker dan dokter dalam dunia kesehatan. Apoteker dan dokter adalah dua profesi dalam bidang kesehatan yang bertugas untuk menyembuhkan pasien dari penyakit. Tentunya anda sudah mengetahui perbedaan tugas dan pengabdian keduanya dalam kehidupan bermasyarakat. Kian hari persaingan antara dokter dengan apoteker pun semakin meningkat.

Disisi lain ketika apoteker dan dokter bekerja sama tentu akan lebih efektif karena keduanya saling melengkapi dan saling membutuhkan. Tatkala salah satu dari keduanya tidak ada, dunia kesehatan tidak bisa beroperasi dengan baik.  Bak jarum dan benang dalam ibarat tadi, dan tentunya itu semua akan menyusahkan masyarakat terutama pasien.

Iklan Souvenir DETaK

Di Indonesia sendiri, isu terkait peran kedua petugas kesehatan ini sempat memanas beberapa waktu yang lalu. Kejadian ini bermula saat Ahok memberikan pernyataan bahwa “Dokter tuh kadang sok jadi apoteker, tahu gak. suka ngarang-ngarang sendiri obatnya karena merasa berpengalaman,” kata Ajok dalam pada himpunan seminar Farmasi rumah sakit Indonesia di Jakarta.

Bila pernyataan pak Ahok ini tidak didengarkan secara menyeluruh memang membuat telinga dokter panas. Padahal pernyataan pak Ahok itu bertujuan agar apoteker mengawasi setiap resep obat yang dikeluarkan oleh dokter dan membandingkan dosisnya, supaya tidak terjadinya over dosis obat bagi pasien. Tetapi pernyataan ini malah menjadi suatu masalah dalam dunia kesehatan bebarapa waktu lalu.

Pernyataan tersebut menyebabkan timbulnya  etnosentrisme pada masing-masing pihak. Media sosial sempat panas dengan berita tersebut, banyak terjadi adu komentar di media sosial antara dokter dan apoteker. Hal ini sangat disayangkan, hanya karena pernyataan gubernur Jakarta hubungan baik antara dokter dan apoteker menjadi panas.

Berkaca pada peran dan fungsi keduanya, seorang dokter di butuhkan oleh pasien untuk mendiagnosa penyakit dan membuat resep obat, sedangkan apoteker bertugas untuk meracik obat untuk menyembuhkan penyakit. Meskipun disisi lain, apoteker juga bisa memberi obat yang sesuai dengan gejala penyakit yang dialami oleh pasien, namun apoteker tidak bisa menggantikan dokter dan begitu juga sebaliknya dokter tidak bisa menggantikan apoteker. Terlebih pada bagian-bagian krusial lainnya seperti operasi dan lain-lain. Hasil itu dikarenakan tugas dan peran mereka yang berbeda.

Apoteker adalah partner kerja dokter, begitu pula sebaliknya. Jika keduanya bekerja sama dengan baik, tidak saling membanggakan diri sendiri terlebih melanggar kode etik profesi masing-masing , maka dengan izin Tuhan semua akan berjalan dengan lancar. Artinya, dokter dan apoteker bukanlah dua pihak yang diharuskan  bersaing untuk mendapat popularitas melainkan untuk mensejahterakan masyarakat dalam bidang kesehatan. Semoga kedua profesi kesehatan ini mengerti untuk menuju Indonesia yang benar-benar sehat. Semoga.[]

*Penulis bernama lengkap Nailul Humaira, mahasiswa program Studi (Prodi) Farmasi, Universitas Syiah Kuala angkatan 2015.